Jumat, 18 November 2011

Teknik Cluster

Kegiatan kelompok dan urutannya menentukan kegiatan individu yang diperlukan untuk clustering. Kita sekarang dapat mempelajari bagaimana membangun entitas cluster dari entitas dasar dan hubungannya didefinisikan dalam proses pemodelan ER.Teknik ini mengasumsikan bahwa analisis top-down telah dilaksanakan sebagai persyaratan dari analisis database dan analisis didokumentasikan sehingga area fungsional utama dan subareanya teridentifikasi. Bidang fungsional sering didefinisikan oleh unit organisasi utama dari suatu perusahaan, aktivitas bisnis, atau mungkin oleh aplikasi yang dominan untuk pengolahan informasi. Sebagai contoh ingat Gambar 4.3, yang dapat dianggap memiliki tiga bidang fungsional utama: organisasi perusahaan (dilihat dari sisi manajemen), proyek (dilihat dari sisi kontrak karyawan), dan data karyawan (dilihat dari sisi karyawan). Perhatikan bahwa bidang fungsional bisa tumpang tindih. Gambar 4.3 menggunakan diagram ER yang dihasilkan dari analisa kebutuhan database untuk menunjukkan bagaimana clustering melibatkan serangkaian langkah-langkah bottom-up dengan menggunakan operasi pengelompokan dasar. Daftar berikut menunjukkan langkah-langkah berikut.


1. Tentukan poin pengelompokan dalam wilayah fungsional. Cari entitas dominan dalam wilayah fungsional melalui hubungan alami, hubungan lokal n-er, batasan integritas, abstraksiatau hanya fokus sentral dari hubungan yang sederhana yang banyak. Jika poin pengelompokantersebut tidak ada dalam satu area, pertimbangkan pengelompokan fungsional dari seluruh area.


2. Bentuklah entitas cluster. Gunakan operasi dasar pengelompokan pada entitas dasar dan hubungan mereka ke tingkat yang lebih tinggi untuk membentuk objek, atau badan cluster. Karena entitas bisa jadi berasal dari beberapa cluster berpotensi, kita harus memiliki set prioritas untuk membentuk kelompok kesatuan. Set aturan berikutnya, dalam urutan prioritas, mendefinisikan set yang paling mungkin untuk mempertahankan kejelasan dari model konseptual.
a. Entitas-entitas yang dikelompokkan ke sebuah cluster entitas harus ada dalam area fungsional yang sama, yaitu seluruh cluster entitas harus terjadi dalam batas area fungsional.Sebagai contoh, pada Gambar 4.3, hubungan antara departemen dan karyawan tidak boleh dikelompokkan kedalam cluster, kecuali karyawan tersebut termasuk dalam wilayah fungsional bisnis organisasi Departemen dan Divisi. Dalam contoh lain, hubungan antara karyawan tipe super dan subtipenya yang dikelompokkan dalam cluster dalam data fungsional karyawan daerah.
b. Jika konflik dalam memilih antara dua atau lebih entitas cluster berpotensi tidak dapat diselesaikan (misalnya antara dua pengelompokan batas pada tingkat yang berprioritas sama), biarkan cluster entitas ini tanpa dikelompokkan dalam area fungsional merekaJika wilayah fungsional masih dipenuhi oleh pilihan yang belim terselesaikandefinisikan area fungsional untuk mengelompokkan entitas, clusterentitas, kelompok dan hubungan mereka yang belum terselesaikan.


3. Bentuk cluster entitas yang tingkatnya lebih tinggi. Gunakan operasi pengelompokkan secara rekursif pada gabungan entitas dasar dan cluster entitas untuk membentuk tingkatan baru kluster entitas (obyek dengan tingkat yang lebih tinggi). Selesaikan konflik dengan aturan prioritas yang sama dari Langkah 2. Lanjutkan operasi pengelompokkan hingga semua wakil entitas muat dalam satu halaman tanpa kerumitan. Setelah itu cluster entitas akar terdefinisikan.


4. Validasikan diagram cluster. Periksa konsistensi dari interface (hubungan) antara setiap objek-objek dalam setiap tingkat di diagramnya. Pastikan makna dari setiap tingkad dengan pihak penerima. Hasil dari satu tahap clustering diperlihatkan dalam gambar 4.10, dimana setiap cluster ada di tingkat 2.


RINGKASAN



Modeling data konseptual, menggunakan pendekatan ER atau UML, sangat berguna dalam langkah-langkah awal dari siklus kehidupan database, yang melibatkan analisa kebutuhan dan desain logis. Doa langkah tersebut sering dilaksanakan sekaligus, khususnya saat kebutuhan ditentukan dari wawancara dengan pihak penerima dan dimodelkan dalam bentuk hubungan data ke data dan hubungan proses ke data. langkah pemodelan data konseptual (pendekatan ER) melibatkan pengklasifikasian entitas dan atributnya terlebih dahulu, lalu identifikasi dari hirarki penyamarataan dan abstraksi lainnya, dan akhirnya definisi dari semua hubungan antara entitas. Hubungan bisa berbentuk biner (yang paling umum), terner dan bentuk yang lebih tinggi dari n-er. Modeling data dari kebutuhan individual biasanya melibatkan pembuatan sudut papndang baru untuk setiap kebutuhan pihak penerima. Lalu desainer tersebut harus mengintegrasikan pandangan tersebut menjadi skema global supaya seluruh database tergambarkan menjadi gabungan dari seluruhnya. Ini dapat mambantu untuk menghapus pengulangan yang tidak dibutuhkan, penghapusan tersebut sangat penting khususnya dalam desain logis. Pengulangan yang terkendali dapat dibuat lagi nantinya, dalam tingkat desain fisik, untuk meningkatkan performa database. Pada akhirnya, kluster entitas adalah pengelompokkan entitas dan hubungannya masing-masing menuju obyek abstrak dalam tingkat yang lebih tinggi. Clustering mempromosikan kesederhanaan yand penting untuk komprehensi pengguna yang cepat. Dalam Bab 5, kami membawa skema global yang dihasilkan dari modeling data konseptual dan melihat tahap-tahap integrasi dan merubahnya manjadi Tabel SQL. Format SQL adalah produk akhir dari desain logis yang tidak bergantung pada sistem manajemen database tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar